Artikel

Geliat Perekonomian di Semarang Diproyeksi Menguat

Aktivitas perekonomian pada tiga dan enam bulan mendatang di Kota Semarang diperkirakan akan mengalami peningkatan.

Hal ini tercermin dari hasil survei penjualan eceran, yang mencatatkan Indeks Ekspektasi Omset Penjualan tiga dan enam bulan mendatang (Maret dan Juni 2021) berada pada level optimis tercermin dari Indeks Ekspektasi Penjualan yang berada di atas angka 100.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah Pribadi Santoso mengatakan optimisme pelaku usaha eceran terhadap penjualan eceran pada tiga bulan mendatang (Maret 2021) terindikasi dari Indeks Ekspektasi Penjualan sebesar 145,65. Sebanyak 45,65 persen responden memperkirakan total penjualan tiga bulan yang akan datang mengalami kenaikan dan 54,35 persen memperkirakan stabil.

“Lebih lanjut, Indeks Ekspektasi Penjualan pada enam bulan mendatang (Juni 2021) juga berada pada level optimis sebesar 195,65, dimana 95,65 persen responden memperkirakan penjualan akan mengalami peningkatan dan 4,35 persen stabil,” kata Pribadi melalui siaran pers yang diterima Bisnis, Rabu (13/1/2021).

Menurutnya, hal ini juga sejalan ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi kedepan (6 bulan mendatang – Juni 2021) yang terpantau tetap berada pada level optimis, dengan Indeks Ekspektasi Kosumen (IEK) sebesar 129,96.

Optimisme tersebut didorong oleh keyakinan responden akan terjadinya peningkatan permintaan dalam negeri menjelang bulan Ramadan dan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul Fitri.

“Hal ini juga sejalan dengan membaiknya prospek perekonomian nasional di tahun 2021 sebagai dampak positif dari sejumlah insentif yang dikeluarkan pemerintah melalui optimalisasi program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dan ketersediaan vaksin yang mendorong peningkatan mobilitas dan kegiatan ekonomi,” jelasnya.

Kendati demikian, penjualan eceran di Kota Semarang pada November 2020 diindikasikan mengalami penurunan dibandingkan dengan bulan sebelumnya.  Hal tersebut tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) sebesar 129,0 atau tumbuh negatif sebesar -6,0 persen (mtm), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar -0,4 persen (mtm).

“Hal ini juga sejalan dengan hasil Survei Konsumen (SK) periode yang sama yang mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian masih berada pada level pesimis [<100 dari skala maksimum 200],” tambahnya.

Selain itu, dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) November 2020 tercatat 96,43. Secara bulanan, penurunan penjualan terdalam terjadi pada kelompok peralatan dan komunikasi, diikuti kelompok suku cadang dan aksesori, dan kelompok makanan, minuman, dan tembakau.

Secara tahunan, penjualan ritel di Kota Semarang masih tercatat mengalami penurunan. Pada November 2020, IPR mengalami penurunan sebesar -27,9 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar -23,8 persen (yoy).

Berdasarkan kategorinya, penurunan terdalam terjadi pada kelompok barang budaya dan rekreasi, diikuti kelompok makanan, minuman, dan tembakau, serta kelompok suku cadang dan aksesori. Meskipun demikian, kinerja penjualan eceran Kota Semarang diperkirakan meningkat pada Desember 2020.

Perkembangan ini tercermin dari perkiraan IPR Desember 2020 yang tercatat sebesar 134,4 atau 4,1 persen (mtm), yang didorong oleh perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal dan tahun baru. Hal ini juga sejalan dengan keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian pada Desember 2020 yang berada pada level optimis (>100 dari skala maksimum 200), dengan nilai Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Desember 2020 sebesar 100,28. (k28)

Sumber : Alif Nazzala R. – Bisnis.com 13 Januari 2021  |  16:23 WIB

5 Tren Produk 2021 yang Bisa Jadi Peluang Bisnis

Kompas.com – 05/03/2021, 18:00 WIB

Penulis Elsa Catriana | Editor Yoga Sukmana

JAKARTA, KOMPAS.com – Tren belanja online di tengah masyarakat bertumbuh pesat selama pandemi Covid-19. Hal ini mendorong jumlah penjual atau seller di platform e-commerce. Di Tokopedia misalnya, jumlah seller naik dari  7,2 juta pada Januari 2020 menjadi lebih dari 10 juta pada Maret 2021. Bagi Anda yang mau memulai atau mengembangkan bisnis, ada beberapa tren penjualan produk yang dapat menjadi inspirasi bisnis pada 2021. Baca juga: Gadai Barang Tanpa Bunga di Pegadaian, Ini Syarat dan Caranya “Menjual produk yang paling banyak dicari masyarakat dapat menjadi strategi yang baik dalam memulai usaha,” ujar External Communications Senior Lead TokopediaEkhel Chandra Wijaya dalam siaran pers, Jumat (5/3/2021). Apa saja tren penjualan produk 2021? berikut daftarnya:

  1. Food and beverage (F&B)

Di Tokopedia, produk kategori ini transaksi penjualannya meningkat lebih dari 3 kali lipat pada akhir 2021. Beberapa produk makanan dan minuman yang paling dicari masyarakat belakangan ini antara lain madu, buah-buahan, telur, kopi lokal, ke-ripik, dan beras, Produk makanan siap masak juga dapat dijadikan peluang usaha saat ini. Melihat adanya peningkatan penjualan makanan siap masak di Tokopedia menjadi lebih dari 3,5 kali lipat pada akhir 2020.

  1. Produk kecantikan dan perawatan tubuh

Tokopedia mencatatkan adanya peningkatan transaksi pada kategori kecantikan mencapai hampir 2 kali lipat menjelang akhir 2020. Gentle Hour, salah satu pegiat usaha lokal di kategori kecantikan Tokopedia yang memulai bisnisnya di tengah pandemi, turut mencatat kenaikan transaksi hingga 13 kali lipat dan berhasil menjangkau pelanggan bahkan hingga ke Papua. Baca juga: Lengkap, Rincian Suku Bunga Kredit Bank Mandiri, BRI, BTN, dan BNI Terbaru

  1. Tanaman dan alat berkebun

Berkebun menjadi salah satu hobi yang banyak digemari masyarakat sepanjang pandemi. Adanya kenaikan transaksi lebih dari 4 kali lipat pada sub kategori Taman sepanjang 2020 jika dibandingkan 2019 di Tokopedia, dapat menjadi inspirasi usaha di 2021.

  1. Produk Olahraga

Menjual beragam produk yang mendukung hobi olahraga populer juga dapat dipertimbangkan menjadi ide usaha. Beberapa olahraga yang digemari selama 2020 berdasarkan pembelian di Tokopedia yaitu bersepeda, fitness, memancing, mendaki dan berkemah, serta sepakbola atau futsal.

  1. Alat tulis

Ekhel mengatakan, di tengah pandemi, melukis menjadi salah satu hobi yang digemari masyarakat, contohnya aktivitas paint by numbers. Hal ini terlihat dari kenaikan jumlah penjualan produk-produk seperti perlengkapan melukis pada sub-kategori Office & Stationery di Tokopedia yang mencapai hampir 2 kali lipat selama 2020.

WhatsApp Image 2021-10-07 at 14.06.47

Digitalisasi Salah Satu Kunci UMKM bertahan di Masa Pandemi saat ini

Pandemi Covid-19 yang saat ini masih terus melanda Indonesia masih menimbulkan banyak permasalahan hingga saat ini. Salah satunya adalah menurunnya omzet usaha- usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Penurunan ini meliputi banyak hal mulai dari turunnya permintaan konsumen, kesulitan memasok bahan ba-ku, akses pengiriman yang terhambat, hingga pengurangan karyawan. Bahkan banyak juga ditemukan UMKM yang gulung tikar di tengah badai pandemi. Berdasarkan survei BI, 370 dari 2,970 UMKM tidak terdampak dan mampu menyesuaikan diri saat pandemi Covid-19.

Saat ini UMKM membutuhkan kemampuan untuk penyesuaian  usaha di masa pandemi covid-19, mengingat Pandemi susah cukup lama melanda Indonesia dan masih belum menunjukan tanda usai. Lantas penyesuai-an apa yang bisa dilakukan oleh UMKM di tengah situasi pandemi yang masih terus berlangsung saat ini? Dalam Era digital seperti saat ini diharapkan UMKM mampu lebih jeli memanfaatkan teknologi internet untuk berbisnis. Pandemi COVID-19 telah me-ngubah perilaku konsumen secara radikal. Pola konsumsi barang dan jasa dari luring (offline) ke daring (online) kini meningkat, sehingga memaksa pelaku usaha untuk menyesuai-kan dengan kondisi dan bertransformasi secara digital.

Digitalisasi yaitu teknologi yang berproses peralihannya dengan media sosial saat ini yang berbentuk digital. Digitalisasi UMKM di masa pandemi beralihnya cara kerja pelaku UMKM dengan menggunakan jaringan in-ternet melalui media so-sial. Digitalisasi dengan UMKM saling berhubungan karena UMKM melakukan cara kerja melalui media sosial dengan teknologi.

Menurut Dwi Apriyani, Kepala Subdit Kredit Program dan Investasi Lainnya dari Kementerian keuangan UMKM yang melek digital cenderung lebih bisa bertahan ditengah krisis ekonomi saat ini. UMKM yang tidak didam-pingi internet dalam operasionalnya sehari- hari tentu akan mengalami banyak kesulitan. Oleh karena itu, ber-bagai macam platform media, marketplace yang kini menjamur dimana- mana harus dimanfaatkan. 

Selain itu UMKM juga harus lebih jeli dalam melihat konsumen saat ini pun sudah berbasis digital dan ingin berbelanja dengan rasa aman di masa pandemi. Kondisi ini selaras dengan teori perubahan sosial dimana masyarakat mengalami perkembangan sesuai dengan tahapan-tahapan tertentu yang dimulai dari yang pa-ling sederhana hingga yang sempurna.

Dengan digitalisasi UMKM dapat lebih mengembangkan bisnisnya. Agar tetap bertahan, UMKM dapat mela-kukan pem-belian, penjualan, pemesanan, pemasaran, mencari informasi untuk meningkatkan usahanya, serta
mempromosikan barang dan jasa cukup lewat media sosial saja.

Pelaku UMKM dapat memanfaatkan internet untuk mempercepat proses bisnis, alat pemasaran online me-lalui Hand-phone, Laptop dan Komputer yang terhubung jaringan internet. Tidak hanya di bidang pemasaran saja namun juga proses bisnis lainnya seperti pemanfaatan e-money atau aplikasi transfer dalam metode pembayaran tanpa biaya admin. Sehingga pebisnis dapat memanfaatkan fitur diskon dan potongan ongkir yang dapat menarik perhatian dan minat beli konsumen.

Mungkin bagi pelaku UMKM yang baru menjejaki digitalisasi merasa sulit melakukannya, masih banyak UMKM meng-alami kendala menjalankan usaha dengan teknologi. Masalah utama UMKM yaitu konsumen yang awam meng-gunakan media sosial, serta kurangnya pengetahuan cara menjalankan usaha online. Namun Sekarang ini sudah banyak tekno-logi yang bisa dimanfaatkan untuk mempelajarinya. Pelaku UMKM juga dapat memulainya dengan cara bergabung de-ngan komunitas UMKM di platform digital seperti face-book, instagram dll kemudian melakukan sharing dengan para pelaku UMKM lainnya yang sudah lebih dulu atau sama- sama baru memulai digitalisasi usaha.

Karena pada akhirnya UMKM yang mampu bertahan di tengah pandemi dan krisis ekonomi seperti ini adalah UMKM yang tangguh dan memanfaatkan media digital di saat pergerakan manusia yang terbatas. Keuntung-an lainnya dengan digitalisasi dapat memperluas jaringan pemasaran, sehingga jangkauan pemasaran cukup dengan media saja sudah bisa mencapai kota-kota, kabupaten, desa bahkan negara lain. 

Pandemi Covid-19 mendorong perubahan sosial yang besar dan cepat di masyarakat, sekaligus ujian bagi para penggiat UMKM. Digitalisasi usaha merupakan salah satu langkah yang dapat dilakukan oleh UMKM  untuk survive. Karena saat ini bagi UMKM pilihan yang ada adalah berinovasi dan menyesuaikan diri atau perlahan karam gulung tikar.

Sumber : Maulia Pratiwi – Yoursay.id | Sabtu, 17 Juli 2021 pukul 18.56 WIB.

One thought on “Artikel”

  1. Zidane berkata:

    terima kasih artikelnya, sangat bermanfaat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *